SUNGGUMINASA, iNewsGowa.id - Memasuki bulan Ramadhan pada era tahun 90-an, anak-anak warga gowa tentu sudah tidak asing lagi dengan permainan yang satu ini yakni Meriam Bambu yang sangat populer di masa itu.
Meriam bambu merupakan salah satu permainan tradisional yang cukup populer, yang selalu dipasangkan dengan bedil yang terbuat dari bambu pula, dan hampir semua warga dari muda hingga yang tua gemar akan permainan ini.
Sekelompok anak-anak adu suara ledakan, semakin keras suara ledakan yang ditimbulkan maka dialah yang terbaik dari permainan tersebut.
Jenis bambu yang digunakan pun bukan bambu biasa, melaikan jenis bambu Petung atau dalam istilah bahasa Makassar 'Bulo Pattung'.
Bambu Petung disiapkan dan dipotong berkisar 1,5 s/d 2 Meter atau 3-7 ruas dengan diameter 4 Inchi, lubang pemantik berkisar 10-15 Cm dari pangkal bambu.
Sebagai bahan baku peledak, mereka menggunakan karbit atau minyak tanah, setelah itu meriam bambu siap digunakan diwaktu menjelang sahur dan menjelang berbuka uka puasa pada sore hari.
Berdasarkan literatur sejarah, asal usul meriam bambu, disebut terinspirasi oleh bangsa Portugis pada abad 16.
Bangsa pada masanya dikenal memiliki kemampuan pembuatan alat senjata modern atau meriam.
Karena keterampilan itu Bangsa Portugis mendapatkan kepercayaan sebagai insinyur tata ruang pembuatan sejumlah Benteng kerajaan Gowa serta persenjataan jenis meriam, pada masa Raja Gowa ke-9 Karaeng Tunipalangga Ulaweng (1525).
Meriam Bambu pun dikenal sebagai reflika meriam Portugis, kemudian menjadi pemainan populer di wilayah Nusantara, bahkan masih menjadi tradisi turun-temurun.
Pada prinsipnya, meriam bambu sebenarnya bukan tergolong dalam permainan yang bersifat kompetisi, melainkan sekedar perayaan semata.
Seperti yang dikemukakan Haskar Daeng Singolo, salah seorang Penggiat Tradisi dan Budaya Kabupaten Gowa, menyebutkan nilai luhur yang terkandung dalam permainan meriam bambu yakni;
1.Untuk memaknai perayaan hari besar. Permainan Meriam bambu dilakukan, sebagai salah satu cara menyambut datangnya hari-hari besar, semisal bulan Ramadan, hari raya, ataupun hari besar adat.
2. Sebagai wujud syukur dan ungkapan kegembiraan atas perjuangan dan keberhasilan yang diperoleh, misalnya sebagai ungkapan syukur telah berhasil menunaikan ibadah puasa selama bulan Ramadan.
3.Melestarikan tradisi. Permainan Meriam bambu salah satu dari sekian banyak kekayaan tradisi, sehingga sangat perlu untuk dilestarikan agar tidak punah oleh perkembangan zaman.
4. Meriam bambu bukanlah permainan yang bisa dibeli dengan mudah seperti kebanyakan permainan modern saat ini. Untuk bisa memainkan Meriam bambu seorang harus membuat sendiri. Proses pembuatan Meriam bambu inilah yang menjadi proses kreatif seseorang.
"Permainan meriam bambu harusnya terus dijaga kelestariannya sebagai kekayaan tradisional supaya tidak punah meskipun di zaman sekarang," kata Haskar Daeng Sigollo.
Selain meriam bambu, ada beberapa permainan dari bambu yang masih populer dimainkan hingga saat ini yakni;
1.Temba- tembak (Bedil Bambu) dari pelurunya dari kertas dibasahi
2.DoroDoroba pelurunya dari buti-buti' (Lamtara Cemara)
3. Sappu Sappuru pelurunya dari Kacang Tanah
4. Sulo atau obor
5. Katto-katto atau Kentongan
6. Tendong-tendong atau music seperti angklung
7. Longga - longga atau yang dikenal longga padati, dll.
Editor : Revin
Artikel Terkait