SUNGGUMINASA, iNewsGowa.id - Kepergian seorang pemimpin adalah akhir dari sebuah era, namun kepergiannya bukanlah akhir dari warisan yang ia tinggalkan. Pada pagi yang tenang di tanggal 28 November 2024, PYM. Sombayya ri Gowa XXXVIII, Andi Kumala Andi Idjo Daeng Sila Karaeng Lembang Parang Sultan Malikussaid II Batara Gowa III, menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo.
Sosok beliau, yang dikenal sebagai penjaga tradisi dan perekat masyarakat Gowa, meninggalkan kita dalam duka yang mendalam. Tidak hanya sebagai Raja Gowa ke-38, beliau adalah simbol persatuan, pemelihara budaya, dan panutan bagi generasi muda. Kini, istana Balla Lompoa tidak hanya kehilangan pemimpinnya, tetapi juga penjaga terakhir dari nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh leluhurnya, Sultan Alauddin dan Sultan Hasanuddin.
Kepergiannya adalah panggilan bagi kita semua untuk menjaga dan melanjutkan warisan besar yang telah ia tinggalkan dengan penuh kasih dan dedikasi.
Kepergian sang raja membawa kita pada refleksi mendalam tentang masa depan budaya dan sejarah Kerajaan Gowa. Kita perlu menyadari bahwa kelestarian budaya bukan hanya tanggung jawab pemimpin kerajaan, tetapi juga kewajiban kita bersama sebagai masyarakat. Nilai-nilai luhur yang diwariskan Kerajaan Gowa, seperti spiritualme, persatuan, keberanian, dan keadilan, adalah warisan yang harus terus dijaga. Namun, tanpa adanya sosok pemimpin yang menjaga dan menghidupkan kembali tradisi ini, dikhawatirkan nilai-nilai ini akan memudar. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat Gowa untuk bersatu dalam menentukan sosok baru yang dapat melanjutkan perjuangan PYM.
Sombayya ri Gowa. Seorang pemimpin yang tidak hanya berdarah bangsawan gowa yang juga mencintai budayanya, tetapi, juga memiliki visi untuk membawa nilai-nilai agama dan budaya ini relevan di era modern.
Menjaga Tradisi untuk Masa Depan
Warisan budaya yang telah dijaga oleh PYM. Andi Kumala Andi Idjo harus terus dilestarikan, baik melalui agama, pendidikan, seni, maupun adat istiadat Gowa. Generasi muda memiliki peran penting untuk mempelajari dan memahami akar sejarah mereka, sehingga identitas budaya Gowa tetap hidup di tengah arus globalisasi.
Dalam perjalanan hidupnya, PYM. Andi Kumala Andi Idjo Daeng Sila Karaeng Lembang Parang dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana, rendah hati, dan visioner. Salah satu kisah yang paling membekas dalam ingatan masyarakat adalah bagaimana beliau selalu mengedepankan dialog dan musyawarah untuk menyelesaikan persoalan. Beliau percaya bahwa kekuatan sejati seorang pemimpin terletak pada kemampuannya untuk mendengarkan rakyatnya.
"Jangan pernah meninggalkan akar budaya kita. Sejarah adalah cermin masa lalu yang membimbing kita menuju masa depan," adalah salah satu pesan yang sering beliau sampaikan dalam berbagai acara adat dan pertemuan masyarakat. Beliau senantiasa mengingatkan pentingnya menjaga hubungan antara generasi muda dan tradisi leluhur agar identitas masyarakat Gowa tidak terkikis oleh modernitas.
Selain dalam hal kepemimpinan, beliau juga dikenal sebagai seorang pencinta seni. Almarhum secara aktif mendukung regenerasi seniman lokal dan berbagai bentuk seni tradisional, seperti Gandrang Bulo (musik perkusi tradisional), tari-tarian adat, dan Lontara (aksara tradisional Bugis-Makassar).
Salah satu upaya nyata beliau adalah mendirikan sanggar budaya di dalam lingkungan istana untuk memberikan ruang kepada anak-anak muda belajar seni tradisional.
"Seni adalah napas dari sebuah budaya. Jika kita kehilangan seni, maka kita kehilangan jiwanya," adalah salah satu kutipan beliau yang hingga kini terus menginspirasi banyak seniman lokal untuk melestarikan seni tradisional Gowa. Beliau juga berperan dalam memperjuangkan perlindungan warisan budaya Kerajaan Gowa.
Pada Juli 2024, beliau mengunjungi Kejaksaan Negeri dan Polres Gowa serta Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX untuk misi tersebut(https://gowa.inews.id/read/476593/perjuangan-raja-gowa-ke-38-berlanjut-komitmen-pertahankan-sejarah-kerajaan?).Selain itu, beliau aktif dalam memberikan gelar adat kepada tokoh-tokoh yang berjasa, seperti pada Maret 2024, ketika beliau menganugerahkan gelar adat kepada Komandan Satuan Brimob Polda Sulsel, Kombes Pol Heru Novianto, dan istrinya, Mirza Novelia Ardini(https://www.tvonenews.com/daerah/sulawesi/192521-sakral-ini-arti-gelar-adat-i-daeng-magassing-dan-i-daeng-matene-yang-diberikan-oleh-raja-gowa?).
"Sejarah bukan hanya cerita masa lalu, tetapi pedoman untuk melangkah maju. Hormatilah sejarah, maka sejarah akan menjaga kehormatanmu." Salah satu pesan beliau ini mencerminkan keyakinan beliau akan pentingnya melestarikan sejarah sebagai warisan yang tak ternilai.
Kepergian PYM. Andi Kumala Andi Idjo Daeng Sisila Karaeng Lembang Parang adalah kehilangan besar bagi masyarakat Gowa, tetapi semangat dan nilai-nilai luhur yang beliau wariskan akan terus hidup. Tugas kita sebagai generasi penerus adalah memastikan bahwa segala dedikasi beliau tidak berhenti, tetapi menjadi titik awal untuk melangkah lebih jauh dalam menjaga dan memajukan budaya Gowa.
Kami tidak akan melupakan jasa-jasa dan dedikasi Tuan Raja. Semoga semangat beliau selalu menyertai setiap langkah kita dalam melestarikan warisan Gowa. Penulis: Trisnawaty Andi Azis Iskandar, M.Psi., Psikolog (Salah Satu Anggota Keluarga)
Editor : Abdul