SUNGGUMINASA, iNewsGowa.id - Lantaran miskin warga Kelurahan Tamarunang Kecamatan Somba Opu ini harus kembali menelan pahit, selelah ditolak di pemakaman dilingkungan tempat keluarganya tinggal selama 40 tahun.
Warga tersebut bernama Amir Dg Naba (60), sosok bapak dengan 10 anak ini dikenal warga yang berkerja sebagai tukang batu.
Meninggalkan sang istri tercinta bernama Subaeda (57), Amir Dg Naba menghembuskan nafas terakhir RS Wahidin Sudirohusodo pada Senin sekira pukul 10:00 WITA (7/8/23) akibat penyakit paru-paru basah yang dideritanya selama bertahun-tahun.
Kurang lebih 200 meter jarak dari kantor Lurah Tamarunang dengan rumah duka. Tangis pilu pun kembali pecah, peristiwa demi peristiwa datang membuat keluarga ini pun makin tak berdaya. Kenyataan baru, saat ini, mereka tak memiliki cukup biaya lagi untuk membeli lahan perkuburan.
"Di samping pemakaman Dato, saya diperlihatkan letak pemakaman yang masih kosong. Saya diberikan harga Rp7,5 Juta. Tapi uang kami tidak cukup," kata Agus, menantu Almarhum Amir Dg Naba, Selasa (8/8/23) pagi.
Agus juga mengaku dirinya harus bolak-balik mendatangi pengurus pemakaman, yang berada di jalan Dato' Penggentungan agar ayahandanya bisa diterima.
"Patungan terkumpul hanya Rp5 Juta. Bapak tidak dimakamkan disana, tapi di Mappala Palangga," ungkap Agus.
Sayangnya Agus engan menceritakan lebih jauh, dibalik keluarga memilih ayahandanya itu dimakamkan di tempat lain.
Namun informasi yang berkembang, pengurus pemakaman dijalan Dato' Penggentungan tetap menolak dengan alasan Amir Dg Naba bukan warga asli Tamarunang.
"Pengurus pemakaman menolak karena bukan warga asli Tamarunang, pengurus disana minta jaminan dari kepala lingkungan (H.Basir). Setelah didatangi Pak Lingkungan malah marah-marah," kata Weni salah seorang kerabat Almarhum Amir Dg Naba.
Bahkan menurut Weni, pejabat lingkungan itu terkesan tidak ingin pusing terhadap warga yang sedang kesusahan.
" Pak lingkungan bilang, saya tidak mengurusi hal itu, saya hanya mengurusi PBB (Pajak Bumi dan Bangunan), itulah sebabnya kita mencari tempat lain. Padahal Pak Amir ini sudah menjadi warga Tamarunang selam 40 tahun." sesal Weni.
Sementara itu Lurah Tamarunang Muchtar Ninra, yang dikonfirmasi oleh INewsGowa, membenarkan kejadian tersebut. Hanya saja hasil penelusuran pihak kelurahan perseteruan itu, sekedar kesalah pahaman.
" Iya benar, hanya saja kesalah pahaman. Pak Lingkungan sudah memberikan bantuan sebesar Rp 300rb untuk tambahan biaya pemakaman," kata Muchtar Ninra (8/8/23)
Muchtar Ninra pun juga menjelaskan bahwa pemakaman di Kelurahan Tamarunang terdapat tiga titik lokasi, hanya saja dua pemakaman disekitar jalan Dato Panggetungan bukan pemakaman umum.
"Yang dua itu adalah pemakaman keluarga. Di depan pemakaman Selayar itu dibuka secara umum. Dan itu sudah dikasih jalan, hanya memberikan biaya penggalian sebesar Rp500 ribu untuk petugas disana," jelas Muchtar
Mengenai sikap kepala lingkungan Tamarunang terhadap warganya, Muchtar Ninra pun menegaskan hanya ekedar kesalah pahaman yang mesti diluruskan.
"Pak Lingkungan mengatakan itu (bukan urusan lingkungan), sebab pemakaman yang dimaksud itu bukan pemakaman Umum, namun khusus keluarga," tutupnya.
Editor : Thamrin
Artikel Terkait