get app
inews
Aa Text
Read Next : HMI Sulsel Dorong Komitmen Diseminasi dan Penguatan HAM di Tingkat Daerah

Tambang Emas di Latimojong Diduga Merusak Lingkungan dan Ekosistem

Senin, 21 April 2025 | 16:51 WIB
header img
Lokasi Proyek Plan PT.Masmindo Dwi Area di Latimojong mencakup 14.396 Ha (tambang emas). Foto : Muh Yusuf Yahya/iNews.id

MAKASSAR, iNews.id - Jelang Hari Bumi 2025 jatuh pada Selasa, 22 April 2025. Aktivis Lingkungan Hidup, Ketua LSM Forum Komunitas Hijau, Ahmad Yusran mengulik spiritual ekologi masyarakat tentang kilau emas dan luka bumi terhadap perubahan iklim di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan yang menyimpan kekayaan alam luar biasa, termasuk sumber daya tambang emas

Menurut Yusran, seiring dengan meningkatnya aktivitas pertambangan, baik legal maupun ilegal, muncul pula luka ekologis yang menganga merusak alam, memicu krisis iklim, dan mengguncang kehidupan masyarakat lokal melalui sejumlah aspek.

Ledakan Pertambangan dan Ancaman Tersembunyi

Wilayah-wilayah seperti Latimojong, Bastem, dan Rongkong kini menjadi titik panas pertambangan emas. Banyak operasi tambang berlangsung tanpa izin resmi, mengabaikan prinsip keberlanjutan, dan luput dari pengawasan lingkungan. Hutan dibabat, bukit digali, dan sungai tercemar dalam kejaran keuntungan jangka pendek.

Deforestasi dan Degradasi Ekosistem

Hutan tropis Luwu yang dahulu menjadi benteng karbon dan sumber kehidupan bagi flora-fauna kini terkoyak. Alih fungsi hutan untuk pertambangan menyebabkan deforestasi yang mempercepat krisis iklim. Fragmentasi habitat juga mengancam keanekaragaman hayati dan memperburuk bencana ekologis seperti banjir dan longsor.

Pencemaran dan Krisis Air

Penggunaan bahan kimia berbahaya seperti merkuri dan sianida dalam proses pemurnian emas telah mencemari sungai-sungai utama. Limbah tambang yang dibuang sembarangan menyebabkan kerusakan kualitas air, mematikan biota sungai, dan membahayakan kesehatan masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada air bersih.

"Bahkan Luwu yang dahulu menjadi benteng karbon dan sumber kehidupan bagi flora-fauna kini terkoyak. Alih fungsi hutan untuk pertambangan menyebabkan deforestasi yang mempercepat krisis iklim. Fragmentasi habitat juga mengancam keanekaragaman hayati dan memperburuk bencana ekologis seperti banjir dan longsor,"kata Ahmad Yusran Minggu (20/42025).

Pencemaran dan Krisis Air

Penggunaan bahan kimia berbahaya seperti merkuri dan sianida dalam proses pemurnian emas telah mencemari sungai-sungai utama. Limbah tambang yang dibuang sembarangan menyebabkan kerusakan kualitas air, mematikan biota sungai, dan membahayakan kesehatan masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada air bersih.

Jejak Karbon Tambang Emas

Tak banyak yang menyadari bahwa aktivitas tambang emas sangat intensif karbon. Dari penggunaan alat berat berbahan bakar diesel hingga penghancuran vegetasi penyerap karbon, seluruh proses menambah emisi gas rumah kaca. Ini menjadikan pertambangan sebagai salah satu kontributor tersembunyi dalam krisis iklim global.

Masyarakat Lokal dalam Bayang-Bayang

Di tengah gemuruh alat berat dan kilau emas, masyarakat lokal justru merasakan getir. Lahan pertanian hilang, akses ke air bersih terganggu, dan ketegangan sosial meningkat. Banyak warga, khususnya masyarakat adat, terpaksa kehilangan ruang hidup yang telah mereka jaga secara turun-temurun.

Jalan Menuju Keadilan Ekologis

Menurut Yusran, para pihak butuh langkah tegas dan kolaboratif. Pemerintah harus menindak tambang ilegal dan meninjau ulang izin-izin eksploitasi yang merugikan ekosistem. Audit lingkungan perlu dilakukan secara berkala, disertai pemulihan lahan pasca-tambang. Masyarakat lokal harus dilibatkan sebagai penjaga dan pengelola sumber daya.

"Di sisi lain, pendekatan berbasis nilai seperti filantropi Islam dapat menjadi sumber kekuatan alternatif. Zakat, wakaf, dan sedekah bisa diarahkan untuk mendukung transisi ekonomi masyarakat menuju sektor ramah lingkungan pertanian organik, ekowisata, hingga restorasi ekosistem.

Sebab bukan rahasia pertambangan emas di Luwu bukan lagi sekadar soal ekonomi. Ini soal keberlangsungan hidup, keadilan lingkungan, dan masa depan generasi mendatang. Jangan biarkan tanah yang subur berubah menjadi lahan mati hanya demi segenggam emas. Sudah saatnya juga hati nurani bertanya, emas untuk siapa, dan bumi untuk siapa," kata Ahmad Yusran Minggu (20/4/2025).

Urgensi aksi iklim dalam filantropi Islam, lanjut Ketua LSM Forum Komunitas Hijau ini menjadi pilihan sangat relevan di tengah krisis iklim global yang semakin mengancam kehidupan, terutama kelompok rentan. 

Prinsip Keadilan dan Amanah dalam Islam

Islam menekankan keadilan sosial dan menjaga amanah Allah, termasuk bumi dan seluruh isinya. Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa manusia adalah khalifah di bumi (QS. Al-Baqarah: 30), yang berarti bertanggung jawab menjaga keseimbangan alam.

Kemudian dampak krisis iklim terhadap kelompok rentan. Dimana 
filantropi Islam selama ini banyak difokuskan pada membantu fakir miskin, korban bencana, dan kelompok termarjinalkan yang justru menjadi korban utama perubahan iklim. 

"Olehnya salah satu upaya mengatasi krisis iklim, adalah bentuk perlindungan terhadap mereka yaitu kelompok rentan. Sebab dari balik 
potensi besar dana filantropi Islam adalah zakat, wakaf, infaq, dan sedekah berpotensi menjadi instrumen pembiayaan aksi iklim, seperti rehabilitasi lahan dan air, energi terbarukan untuk masyarakat miskin, pertanian berkelanjutan dan 
tanggap darurat bencana iklim," jelas Ahmad Yusran.

Sementara hal tersebut selaras dengan konvergensi tujuan yaitu Maqasid Syariah & SDGs.

Perluasan makna kebaikan (Ihsan) dalam konteks modern, ihsan bukan hanya berbuat baik kepada manusia, tapi juga menjaga ciptaan Allah secara menyeluruh, termasuk iklim dan ekosistem.

"Sebab melalui aksi iklim sejalan dengan maqasid syariah (tujuan-tujuan syariah), terutama dalam menjaga kehidupan (hifz al-nafs), lingkungan (hifz al-bi’ah), dan keturunan (hifz al-nasl), serta mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)," tutupnya.

Editor : Asward

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut