Polbangtan Kementan Lakukan Uji Coba Budidaya Padi Rakit Apung, Dukung Swasembada Pangan

SUNGGUMINASA iNews.id - Swasembada pangan adalah langkah strategis Kementerian Pertanian (Kementan) untuk memastikan ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan rakyat.
Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman saat ini sedang fokus pada peningkatan produksi pangan, khususnya komoditas padi, guna mempercepat capaian swasembada yang menjadi prioritas nasional tersebut.
Peningkatan produksi padi, kata Mentan diharapkan dapat menjawab tantangan meningkatnya kebutuhan pangan nasional dari tahun ke tahun.
“Adapun peningkatan produksi padi dapat dicapai dengan meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dan produktivitas padi yang berkelanjutan dan efisien melalui pengembangan Pertanian Modern”, ujar Amran.
Dalam mendukung program swasembada pangan nasional, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) berupaya melakukan berbagai program kolaborasi dengan berbagai mitra serta inovasi kurikulum khususnya di sekolah maupun kampus vokasi di bawah Kementan.
Hal tersebut ditegaskan Kepala BPPSDMP, Idha Widi Arsanti yang menyampaikan bahwa transformasi kurikulum di Polbangtan harus diarahkan pada penguatan link and match dengan dunia industri dan dunia kerja serta mendukung ketahanan pangan.
“Kami mendorong Polbangtan untuk terus menjalin kolaborasi dengan mitra strategis agar lulusannya tidak hanya siap kerja, tapi juga siap berinovasi dan berkontribusi bagi ketahanan pangan nasional,” ungkapnya.
Dalam rangka Upaya tersebut, Tim peneliti dari Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Gowa yang dipimpin oleh Ramli, dosen jurusan pertanian Polbangtan Gowa, melakukan terobosan penelitian strategis dalam budidaya tanaman padi dengan sistem rakit apung di danau milik Polbangtan Gowa.
Penelitian yang berlangsung sejak Mei hingga Oktober 2025 ini menjadi jawaban atas tantangan perubahan iklim yang berdampak pada lahan pertanian di daerah rawan banjir.
Dalam penelitiannya, tim yang beranggotakan dosen Rachmat dan Ahmadi Ramli, mengkaji pengaruh berbagai media tanam organik seperti pupuk organik, cocopeat, dan sekam terhadap pertumbuhan dan produksi padi rakit apung.
Selain itu, penelitian juga menguji berbagai varietas padi unggul seperti Inpari 4, Inpari 32, Inpari 43, Cigeulis, Ciherang, dan Mekongga. Metode penelitian menggunakan rancangan petak terpisah dengan 18 kombinasi perlakuan yang diulang empat kali.
"Perubahan iklim menyebabkan tingginya curah hujan yang berimbas pada lahan sawah yang tergenang air dalam jangka waktu lama. Dengan sistem tanam rakit apung, petani tetap dapat melakukan budidaya padi meskipun kondisi lahan tidak memungkinkan untuk tanam konvensional," jelas Ramli.
Penelitian yang dilakukan di Danau Polbangtan Gowa ini diharapkan menghasilkan prototipe media tanam rakit apung yang optimal, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) budidaya padi rakit apung yang dapat diadopsi oleh petani di wilayah rawan banjir. Selain hasil ilmiah berupa publikasi nasional dan internasional, penelitian ini juga akan menghasilkan buku monograf dan potensi HaKI.
Selain mendukung ketahanan pangan, penerapan sistem rakit apung diyakini dapat membantu meningkatkan kesejahteraan petani yang selama ini mengalami kerugian akibat gagal panen. Penelitian ini juga melibatkan kolaborasi dengan Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Selatan dalam penyediaan varietas padi yang digunakan.
"Dengan adanya hasil penelitian ini, kami berharap petani memiliki alternatif teknologi adaptif yang mampu menjaga stabilitas produksi padi, sekaligus mendukung upaya pengembangan pertanian berkelanjutan di lahan rawa," tambah Rachmat, salah satu anggota peneliti.
Ke depan, hasil penelitian ini akan dipublikasikan pada jurnal nasional terakreditasi serta prosiding internasional, dan akan menjadi materi pengayaan dalam pembelajaran maupun penyuluhan kepada masyarakat.
Penelitian ini juga diharapkan menjadi contoh penerapan inovasi pertanian berbasis mitigasi perubahan iklim, yang mampu memberikan solusi nyata atas permasalahan budidaya pangan nasional di era ketidakpastian cuaca ekstrem.
Editor : Abdul Kadir