get app
inews
Aa Text
Read Next : 3 Paslon Walikota Makassar Jalani Pemeriksaan Jiwa

Prof Habibah S Muhiddin dikukuhkan Jadi Guru Besar Ilmu Vitreoretina Fakultas Kedokteran Unhas

Selasa, 18 Februari 2025 | 18:31 WIB
header img
8 dokter spesialis mata dari jaringan JEC Group menjadi guru besar. (Foto: Bugma/iNews.id).

MAKASSAR, News.id – Universitas Hasanuddin (Unhas) secara resmi mengukuhkan Prof. Habibah S. Muhiddin sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran Unhas dalam bidang Vitreoretina, Selasa 18 Februari 2025. Penghargaan akademik tertinggi ini diberikan atas kontribusinya dalam pengembangan ilmu retina, khususnya dalam upaya pencegahan kebutaan akibat Diabetik Retinopati, yang masih menjadi salah satu tantangan kesehatan di Indonesia.

Pengukuhan berlangsung pada Rapat Paripurna Senat Terbuka Luar Biasa Universitas Hasanuddin yang dipimpin oleh Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Jamaluddin Jompa. Dalam pidato pengukuhannya Prof Habibah menekankan pentingnya upaya preventif dan kolaborasi lintas sektor untuk mencegah kebutaan, khususnya pada generasi usia produktif yang menjadi penentu masa depan bangsa.

Pengukuhan ini pun menambah deretan dokter spesialis mata dari JEC Eye Hospitals and Clinics yang menjadi guru besar di perguruan tinggi terkemuka di Indonesia. 

"Bonus demografi yang diprediksi terjadi di Indonesia pada periode 2020–2030 merupakan peluang besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui produktivitas tenaga kerja. Namun, potensi ini dapat terhambat jika kualitas kesehatan tidak terjaga." Ujar Prof Habibah dalam pidato pengukuhannya.

"Lebih-lebih kesehatan mata, mengingat organ ini sangat vital untuk bekerja dan beraktivitas sehari-hari. Indra penglihatan mampu menangkap 80 persen informasi, dengan sisanya melalui indra pendengaran dan perasa." Tambah Prof Habibah.

Data International Diabetes Federation (IDF) 2021, sekitar 10,8 persen penduduk Indonesia mengidap diabetes melitus, dan sekitar 43,1 persen di antaranya berpotensi mengalami Retinopati Diabetik (RD) yang dapat menyebabkan kebutaan bila tidak ditangani dengan tepat. 

Retinopati Diabetik (RD) merupakan penyebab kebutaan utama pada pasien berusia 20-64 tahun di seluruh dunia. WHO mencatat RD menyebabkan kebutaan pada 4,8 persen dari 39 juta penderita buta secara global, dengan prevalensi mencapai 34,6 persen. 

Prof. Habibah S. Muhiddin menambahkan tanpa upaya pencegahan dan deteksi dini yang optimal, peningkatan jumlah penderita RD dapat mengurangi daya saing tenaga kerja dan membebani sistem kesehatan nasional. 

"Karenanya, investasi dalam skrining, edukasi, dan pengobatan RD menjadi langkah krusial agar generasi usia kerja tetap sehat dan produktif. Dengan demikian, bonus demografi dapat dimanfaatkan secara maksimal.” Lanjut Prof Habibah.

Sebagai realisasi pencegahan kebutaan akibat RD, sebelumnya Prof Habibah telah menggagas berbagai inisiatif strategis di Sulawesi Selatan. Melalui Departemen Ilmu Kedokteran Mata Unhas dan PERDAMI, Prof Habibah telah bekerja sama dengan Helen Keller International, Lions International, Yayasan Layak, CBM, Foresight Australia, Orbis International, Royal College of Ophthalmology, University of Dundee, Standard Chartered dan berbagai organisasi lain.

Kolaborasi tersebut telah melahirkan berbagai program, seperti pelatihan untuk dokter umum, dokter mata, perawat, optometrist, kader dan guru untuk skrining gangguan penglihatan, termasuk RD.

Editor : Asward

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut