Flash Back ke Masa Lalu: Warga Batua Raya Kompak Terbangkan Layangan di Tepi Sungai

MAKASSAR, iNews.id - Suasana semarak menghiasi kawasan tepi kanal Batua Raya, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, Rabu (9/7/2025), saat ratusan warga dari berbagai usia berkumpul untuk menerbangkan layang-layang.
Langit yang cerah menjadi kanvas bagi ratusan layangan berwarna-warni, seolah membawa kembali kenangan masa kecil yang sarat kegembiraan.
Dari anak-anak hingga orang dewasa, semua tampak antusias mengadu keahlian mereka dalam mengendalikan layangan. Beberapa tampak duduk santai di tepi kanal sambil mengamati layangan mereka menari di udara.
Kegiatan ini spontan tercetus dari inisiatif warga sekitar yang ingin memanfaatkan musim angin sambil mengenang permainan tradisional.
"Sudah lama sekali tidak main begini. Sekarang anak-anak bisa tahu permainan kita dulu, bukan cuma gadget terus," ungkap Andi Arsyad, warga Batua Raya yang ikut bermain bersama anaknya saat diwawancarai Reporter iNews.id, (9/7).
Layang-layang bukan sekadar permainan biasa. Sejarah mencatat bahwa layangan telah dimainkan manusia sejak ribuan tahun lalu. Di Indonesia, keberadaan layang-layang telah tercatat sejak zaman kerajaan, bahkan dalam relief Candi Borobudur ditemukan gambaran bentuk layangan sederhana.
Asal-usul layang-layang secara global diyakini berasal dari Tiongkok sekitar 2.500 tahun yang lalu. Pada masa itu, layang-layang digunakan untuk keperluan militer dan ritual keagamaan.
Di Nusantara, khususnya dalam budaya masyarakat pesisir, layangan sering dikaitkan dengan upacara tradisional, permohonan hujan, hingga simbol penghubung antara manusia dan alam.
Di berbagai daerah seperti Bali, Kalimantan, dan Jawa, layangan menjadi bagian dari budaya lokal dengan bentuk dan filosofi masing-masing. Festival layang-layang pun telah menjadi agenda budaya nasional maupun internasional.
Kegiatan di Batua Raya ini menjadi pengingat bahwa permainan tradisional tak lekang oleh waktu. Di tengah arus digitalisasi dan gaya hidup modern, masyarakat masih bisa menemukan kesenangan dari hal-hal sederhana yang bernilai tinggi.
"Ini bukan cuma hiburan, tapi bagian dari pelestarian budaya. Layangan itu warisan nenek moyang yang sarat nilai-nilai kebersamaan, kreativitas, dan sportivitas," ujar Hanaping, Tokoh Pemuda Batua Raya yang ikut menyaksikan suasana.
Warga berharap kegiatan ini dapat berlanjut, bahkan dikembangkan menjadi festival tahunan yang bisa menarik perhatian lebih luas. Pemerintah setempat pun diharapkan ikut serta mendukung sebagai bagian dari upaya pelestarian budaya dan pembangunan komunitas yang harmonis.
Langit Batua Raya hari ini tidak hanya dipenuhi layangan, tapi juga semangat kebersamaan dan cinta terhadap warisan tradisi.
Editor : Asward