Potret Pendidikan di Gowa, Puluhan Siswa MI Kelas Jauh Belajar Beralaskan Tanah
SUNGGUMINASA, iNews.id - Kondisi memprihatinkan dunia pendidikan masih ditemukan di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Puluhan murid Madrasah Ibtidaiyah (MI) kelas jauh di Kelurahan Cikoro, Kecamatan Tompobulu, harus belajar di ruang kelas berdinding anyaman bambu dan tripleks, beralaskan tanah, serta hanya dibimbing satu orang guru honorer.
Sekolah tersebut berjarak sekitar lima kilometer dari sekolah induk. Keterbatasan sarana dan prasarana membuat proses belajar mengajar berlangsung dengan kondisi seadanya.
Satu-satunya tenaga pengajar di sekolah itu, Mansyur (58), mengatakan jumlah siswa mencapai lebih dari 40 orang, sementara ruang kelas hanya tersedia tiga ruangan sehingga beberapa tingkat terpaksa digabung.
“Ada lebih dari 40 siswa. Karena kelas hanya tiga, jadi kelas satu dan dua digabung, kelas tiga dan empat digabung,” ujar Mansyur, Jumat (12/12/2025).
Madrasah tersebut berdiri sejak 2010 di atas tanah wakaf dan dibangun secara swadaya oleh masyarakat. Material bangunan menggunakan kayu, seng bekas, dan anyaman bambu.
“Dulu anak-anak belajar di kolong rumah karena sekolah induk jauh. Sekitar 15 tahun lalu baru dibangun kelas jauh ini, hasil gotong royong warga,” katanya.
Mansyur berstatus sebagai guru honorer dan mengajar seluruh mata pelajaran untuk enam tingkat kelas seorang diri. Ia hanya menerima honor Rp250.000 per bulan yang dibayarkan setiap tiga bulan sekali. Dalam aktivitas belajar, ia terkadang dibantu mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN).
“Tenaga pengajar hanya saya. Gaji Rp250 ribu per bulan, dibayar tiga bulan sekali,” ucapnya.
Kondisi tersebut menuai keprihatinan dari pemerhati sosial setempat, Muthaharah. Ia berharap pemerintah daerah maupun instansi terkait dapat memberikan perhatian serius terhadap sekolah tersebut.
“Kami berharap pemerintah turun tangan. Meskipun ini sekolah swasta dan kelas jauh, tetap perlu dukungan karena ini menyangkut masa depan anak-anak,” ujarnya.
Warga setempat berharap keterbatasan fasilitas dan minimnya tenaga pendidik tidak lagi menjadi penghalang bagi anak-anak di pelosok Gowa untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan aman.
Editor : Abdul Kadir