KLH Ungkap Strategi Pemkab Gowa Kejar Piala Adipura
Dia menjelaskan, keberadaan bank sampah unit sangat strategis karena menjadi ujung tombak edukasi pemilahan sampah dari rumah tangga. Warga diajak memilah sampah organik dan non-organik sejak dari sumbernya.
Sampah organik, kata Azri, dapat dikelola langsung oleh masyarakat dengan cara sederhana, seperti membuat lubang kompos di pekarangan rumah. Sementara sampah non-organik dikumpulkan dan dikelola oleh bank sampah unit.
“Sampah non-organik itu diambil oleh bank sampah, bukan sekadar diambil tapi juga bisa dibeli. Nilainya memang kecil, tapi itu memberi nilai ekonomi dan menyelamatkan lingkungan,” jelasnya.
Azri mencontohkan, jika satu bank sampah unit membina 100 rumah dan setiap rumah menyetor satu kilogram sampah non-organik per pekan, maka dalam sebulan bisa terkumpul sekitar 400 kilogram sampah untuk dikelola lebih lanjut agar memiliki nilai jual yang lebih tinggi.
Manfaat Langsung bagi Masyarakat
Selain berdampak pada kebersihan lingkungan, sistem bank sampah juga memberikan manfaat langsung bagi warga.
“Lingkungan jadi bersih, ada edukasi, dan ada nilai ekonomi. Meskipun kecil, itu sudah membuat masyarakat menghargai sampah yang mereka hasilkan,” katanya.
Terkait peluang Kabupaten Gowa meraih Piala Adipura, Azri menilai peluang tersebut masih sangat terbuka. Namun, ia menyoroti persoalan klasik yang kerap terjadi di daerah, yakni lemahnya pencatatan dan pelaporan kegiatan.
“Sebenarnya banyak yang sudah dilakukan, cuma tidak dicatat dan tidak dilaporkan. Padahal itu bagian dari penilaian,” ungkapnya.
Menurutnya, berbagai aktivitas pengelolaan lingkungan di Gowa sejatinya telah sejalan dengan program Bupati Gowa, “Gowa Annangkasi”, namun belum seluruhnya terdokumentasi sesuai indikator penilaian Adipura.
Azri menjelaskan, penilaian Piala Adipura dilakukan selama satu tahun dan hasilnya diumumkan setiap Hari Peduli Sampah Nasional, 21 Februari.
Sementara penilaian terakhir akan dilakukan pada bulan Januari untuk melihat perkembangan dan upaya yang telah dilakukan pemerintah daerah.
“Di Gowa bisa gerak cepat, bisa juga gerak sedang. Kalau kompak, saya kira tidak berat,” tegasnya.
Ia juga menambahkan bahwa dari sisi anggaran, upaya mengejar Adipura tidak membutuhkan biaya besar, melainkan lebih menitikberatkan pada komitmen, koordinasi, dan konsistensi pelaksanaan di lapangan.
Dengan strategi yang tepat, pencatatan yang rapi, serta pelibatan aktif masyarakat, Pemkab Gowa dinilai masih memiliki peluang realistis untuk kembali meraih Piala Adipura.
Editor : Revin