SUNGGUMINASA, iNews.id - Event Beautiful Malino adalah kegiatan Festival Budaya dan Alam yang rutin diselengggarakan hampir setiap tahun oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Gowa, Provinsi Sulsel, sejak tahun 2017.
Kali ini, Festival Beautiful Malino ke 8 mengusung tema "Colours of Culture" kembali diselenggarakan mulai 9-13 Juli 2025 di Hutan Pinus Malino, Kecamatan Tinggi Moncong.
Event seperti Beatiful Malino adalah pedang bermata dua yang artinya bisa sukses membawa dampak ekonomi dan promosi wisata, akan tetapi risiko kerugian akan tetap nyata jika tidak diantisipasi dan ditangani secara profesional dan transparan.
Berikut Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) Festival Beautiful Malino 2025, fokus pada risiko dan strategi mitigasi potensi kerugian:
1. Strengths (Kekuatan)
- Event sudah punya branding kuat dan konsisten tiap tahun.
- Daya tarik alam Malino (hutan pinus, udara sejuk) alami dan otentik.
- Dukungan penuh dari Pemda Gowa, BUMN, dan sektor swasta.
- Kolaborasi budaya, musik, UMKM dan pariwisata dalam satu paket.
- Sudah menarik puluhan ribu pengunjung dari Sulsel dan luar daerah.
2. Weaknesses (Kelemahan)
- Kapasitas akses jalan & parkir terbatas.
- Ketergantungan pada anggaran pemerintah dan sponsor.
- Belum semua UMKM siap digital/online dalam transaksi dan promosi.
- Pengelolaan sampah dan crowd control belum maksimal.
- Masih minim mekanisme evaluasi dampak jangka panjang terhadap alam dan sosial ekonomi lokal.
3. Opportunities (Peluang)
- Bisa masuk ke Karisma Event Nusantara (KEN) dan dipromosikan nasional.
- Jadi ikon wisata budaya untuk seluruh Indonesia Timur.
- Potensi pengembangan eco-tourism berkelanjutan di Malino.
- Menarik wisatawan mancanegara lewat budaya Sulsel (Bugis, Makassar).
- Kolaborasi dengan komunitas kreatif, digital creator, dan travel influencer.
4. Threats (Ancaman)
- Kerusakan lingkungan akibat pengunjung tak terkendali.
- Cuaca ekstrem (kabut tebal, hujan lebat) mengganggu acara outdoor.
- Overekspose artis hiburan menutupi nilai budaya dan edukasi.
- Kegagalan logistik bisa jadi krisis reputasi (macet total, sampah menumpuk, kecelakaan).
- Kesenjangan ekonomi lokal jika hanya pelaku besar yang diuntungkan.
Diskusi mengenai potensi kerugian dari event besar seperti Beautiful Malino penting untuk memberikan pandangan menyeluruh, terutama agar penyelenggaraan ke depan bisa lebih optimal dan berkelanjutan.
Berikut adalah beberapa dampak dan potensi kerugian yang mungkin timbul dari Festival Beautiful Malino:
1. Risiko Kerusakan Lingkungan
- Overkapasitas pengunjung menyebabkan penurunan kualitas vegetasi di hutan pinus.
- Sampah berlebihan dan kurangnya fasilitas pengelolaan limbah (terutama plastik & sisa makanan).
- Kebisingan & polusi dari kendaraan dan sound system konser, yang berdampak ke flora dan fauna setempat.
Catatan:
Meski sudah ada inisiatif eco-tourism, penerapannya bisa belum maksimal jika tidak didukung oleh sistem pengawasan dan edukasi pengunjung yang kuat.
2. Beban Anggaran Daerah
- Biaya penyelenggaraan (artis, panggung, keamanan, logistik) bisa mencapai miliaran rupiah, sebagian besar dari APBD.
- Jika target ekonomi tidak tercapai, maka anggaran itu dianggap kurang efisien atau boros.
Contoh:
Jika target perputaran uang Rp9,8 miliar tidak tercapai, maka hasil tidak sebanding dengan dana promosi, subsidi UMKM, dll.
3. Ketimpangan Ekonomi Lokal
- Hanya pelaku usaha tertentu (vendor besar, hotel tertentu) yang mendapat manfaat ekonomi besar.
- UMKM kecil bisa kalah bersaing dalam hal tempat, modal, atau promosi.
- Harga-harga lokal (akomodasi, makanan, jasa) bisa melonjak, menyulitkan warga lokal selama festival.
4. Kemacetan dan Akses Transportasi
- Jalan ke Malino relatif sempit dan terbatas. Lonjakan 20.000–100.000 pengunjung bisa memicu macet total, keterlambatan, dan frustrasi.
- Risiko kecelakaan meningkat, terutama di malam hari atau daerah curam.
5. Risiko Citra jika Gagal
- Jika ada insiden besar (sampah, rusaknya hutan, kecelakaan, chaos), bisa berdampak buruk pada citra pariwisata Gowa dan Sulsel secara umum.
- Komentar negatif di media sosial atau pemberitaan nasional bisa menurunkan minat wisatawan jangka panjang.
6. Ketergantungan pada Artis Hiburan
- Jika pengunjung lebih tertarik karena bintang tamu atau konser, bukan nilai budaya dan edukasi, maka esensi event bisa melenceng dari misi utamanya sebagai “Festival Budaya”.
Editor : Revin
Artikel Terkait